Jumat, 05 Juli 2013

Bahasa ABG


Bahasa Indonesia yang digunakan di kalangan anak remaja (yang lebih dikenal dengan istilah ABG alias Anak Baru Gede) Indonesia saat ini sangat jauh dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena dalam pemakaiannya tidak mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku. Ketidakbakuan bahasa ABG tersebut tercermin dalam kosa kata, struktur kalimat dan intonasi. Dalam pilihan kata kita melihat bahwa 'bilang' digunakan untuk mengganti kata 'berkata', 'dengerin' untuk 'mendengarkan'. Untuk menghindari pembentukan kata dengan afiksasi, bahasa ABG menggunakan proses nasalisasi yang diiringi dengan penambahan akhiran -in seperti 'memperpanjang' menjadi 'manjangin'.

Ranah bahasa Indonesia semacam ini merupakan bahasa sehari-hari penduduk Jakarta yang sangat kosmopolitan. Penggunaan ranah bahasa ABG di Daerah (luar DKI Jakarta) ini banyak dijumpai di kalangan anak sekolah di tingkat SLTP, SMU, dan perguruan tinggi semester bawah. Kalangan remaja di pedesaan pun tampaknya semakin banyak yang menggunakan kosa kata yang diambil dari ranah bahasa ini akibat gencarnya siaran televisi yang sebagian besar tema dan latarnya berkiblat ke Jakarta. 
Ragam bahasa ABG memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti 'permainan' menjadi  'mainan'.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. 
Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai oleh bahasa prokem, bahasa gaul, dan istilah yang pada tahun 1970-an banyak digunakan oleh para pemakai narkoba (narkotika, obat-obatan dan zat adiktif). Hampir semua istilah yang digunakan bahasa rahasia di antara mereka yang bertujuan untuk menghindari campur tangan orang lain. Dengan semakin maraknya pemakaian narkoba kata-kata seperti 'sakaw' atau sakit (withdrawal symptoms), 'putaw' atau putih (serbuk heroin berwarna putih) kini semakin dikenal. 
Jika di Jakarta ranah bahasa ABG menjadi bahasa sehari-sehari hampir seluruh penduduk ibukota, di luar Jakarta bahasa remaja ini banyak digunakan dan dimengerti oleh kalangan remaja di perkotaan. Di Bali, misalnya, bahasa remaja banyak digunakan di Denpasar dan kota-kota lain terutama di sekolah-sekolah favorit. Hal ini disebabkan anak-anak di perkotaan memiliki akses yang lebih besar terhadap acara televisi (remaja) yang hampir seluruhnya berbasis Jakarta. 
Bahasa ABG yang cenderung tidak formal atau tidak baku menurut kaidah yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa masih menimbulkan kontroversi termasuk di kalangan pendidik di Indonesia ketika hendak diperkenalkan di dalam kelas. Masih banyak kalangan guru yang berpendapat bahwa bahasa ABG tidak beraturan dan tidak menunjukkan citra bahasa Indonesia yang 'baik dan benar'. Oleh karena itu para guru di Indonesia tidak memperkenalkan bahasa ini di dalam kelas. 
Walaupun ranah bahasa ini tidak diperkenalkan di dalam kelas secara formal, para ABG di Indonesia dengan mudah memahaminya karena bahasa ini merupakan bahasa sehari-hari mereka. Hampir sebagian besar orang Indonesia dapat dengan mudah mempelajari bahasa ini lewat acara televisi yang lebih banyak bernuansa ABG. 
Kemudahan seperti yang diuraikan di atas tidak akan bisa diperoleh oleh siswa atau guru yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing terutama mereka yang tinggal di luar negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya pajanan terhadap bahasa ini. Penyebab lain adalah tidak ada materi yang khusus membahas ranah bahasa ABG  ini karena berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. 
Karena bahasa ABG tidak dimasukkan ke dalam kurikulum, guru bisa memperkenalkan ranah ini secara proporsional sesuai dengan alokasi waktu dan minat para siswa. Yang perlu disampaikan kepada siswa adalah bahasa ABG sangat mudah untuk dipelajari karena struktur morfologi dan kalimatnya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa Indonesia baku.
Akan tetapi perlu diingat bahwa setiap ranah bahasa memiliki sejumlah aturan yang membatasi pemakaiannya. Karena bahasa ini merupakan bahasa remaja yang cenderung santai, bahasa ini tentu tidak patut jika digunakan dalam situasi resmi yang melanggar ketentuan.


>>read more