Selasa, 22 Januari 2013

The Hobbit: An Unexpected Journey

The Hobbit: An Unexpected Journey, salah satu judul film yang aku pilih untuk aku tonton di akhir tahun 2012 kemarin. Sebenarnya aku tidak mengikuti film yang sebelumnya, yakni trilogi The Lord Of The Rings (TLOTR). Namun mendengar cerita dari mulut ke mulut kalau film TLOTR sangat bagus, akhirnya beberapa bulan sebelum The Hobbit rilis di bioskop aku menyempatkan diri untuk menonton triloginya yang sangaaaaaaaaaaaaaat lama sekali durasinya! 1 Film bisa sampai 4 jam lebih, bahkan ada yang hampir 5 jam :O Tapi, filmnya benar-benar tidak mengecewakan!

 (Taken from http://www.thehobbit.com/) 

Film The Hobbit : An Unexpected Journey ini adalah film dari novel adaptasi berjudul The Hobbit Karya J.R.R Tolkien, seorang penulis besar kelahiran Inggris. Novel ini adalah novel pendahulu (prekuel) dari novel TLOTR yang juga ditulis oleh Tolkien. Bagi para penggemar film, pastinya sudah tahu bagaimana meledaknya trilogi film TLOTR di box office. Ratusan juta dollar masuk kedalam kantong studio New Line Cinema selaku produser dari ketiga film TLOTR. Dari wikipedia, pendapatan yang diperoleh dari ketiga film mencapai angka USD$ 2,917,506,956 dengan bujet total ketiganya hanya USD$ 281,000,000.

Selain sukses secara finansial, kualitas TLOTR juga diakui oleh para pemerhati film dunia. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya salah satu film dari trilogi LOTR yakni The Return Of The King yang merupakan seri terakhirnya, menjadi film terbaik dalam gelaran Academy Awards yang ke-76 tahun 2004. Selain menyabet gelar film terbaik, sang sutradara, Peter Jackson juga diganjar gelar Sutradara Terbaik. Selain itu kedua film yang lain, The Fellowship of The Ring dan The Two Tower juga meraih beberapa gelar di acara serupa di tahun 2002 dan 2003, meski yang disabet bukan gelar utama seperti best picture alias film terbaik.

Hampir sepuluh tahun berselang, Peter Jackson dan New Line Cinema ingin mengulang kembali sukses tersebut. Dengan didukung jajaran tim dan pemain yang hampir seratus persen sama dengan tim kala pembuatan TLOTR, Peter membangkitkan kembali kisah dongeng klasik dunia Middle Earth yang tersohor itu lewat The Hobbit.Bagi para pemain seperti Elijah Wood, Ian Mckellen, Hugo Weaving ataupun Orlando Bloom, bermain kembali di prekuel The Lord Of The Rings akan menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Dan bagi para penonton, pemain-pemain lama ini membuat jalinan cerita antara The Lord Of The Rings dan The Hobbit menjadi utuh dan saling bertautan.

Kamis, tanggal 13 Desember 2012, film The Hobbit release di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Aku baru bisa menontonnya hari Senin, 17 Desember 2012.


Film dibuka dengan adegan percakapan Bilbo Baggins dan Frodo Baggins yang terjadi sesaat sebelum adegan Frodo membaca buku di padang rumput Shire. Adegan ini menjadi benang merah penyambung antara The Hobbit dan The Lord Of The Rings. Setelahnya kita dibawa ke masa lalu Bilbo Baggins yang melakukan petualangan menjelajahi middle earth bersama bangsa kurcaci dan Gandalf sang penyihir dalam rangka merebut kembali istana bangsa kurcaci di Erebor yang dikuasai oleh seekor naga bernama Smaug.

Tempo cerita memang terasa lebih lambat. Tetapi, cerita menjadi sangat mendetail. Tampaknya di film ini Peter Jackson mengeluarkan semua idealismenya. Dia kerahkan tim visual effectnya untuk membangun karakter-karakter mahkluk middle earth dengan lebih detil seperti Troll, Orc, Dwarf, Elf, Human, Warg, Wizard dan lainnya. Lalu bagaimana dia memvisualisasikan Erebor, kerajaan sang kurcaci, dengan sebuah setting yang sangat indah. Dia juga mengeksplor lebih dalam lagi keindahan rivendell, sang rumah peri, dengan menambahkan iringan alunan musik dari petikan harpa. Dan idealismenya yang paling luar biasa menurutku adalah bagaimana usahanya untuk mengeksplor dan menunjukkan pada dunia keindahan bumi Selandia Baru. Rerumputan Shire yang hijau, Perbukitan dengan belasan air terjun yang mengalir di Rivendell, goa-goa yang gelap tapi eksotis di Erebor serta sunset dan sunrise yang sempurna di beberapa adegan film.

Satu quote yang aku suka di film ini adalah saat Lady Galadriel menanyakan ke Gandalf, mengapa dia memilih seorang Hobbit (yang dalam hal ini Bilbo Baggins), untuk menemani perjalanan para kurcaci merebut kembali rumah mereka di Erebor. Padahal Hobbit adalah mahkluk yang lemah. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk berkebun dan tidak pernah bertarung. Disini jawaban Gandalf sangat luar biasa indah.

“Saruman believes it is only great power that can hold evil in check, but that is not what I have found. I found it is the small everyday deeds of ordinary folk that keep the darkness at bay. Small acts of kindness and love”.

0 comments:

Posting Komentar

mau komen? boleh koook, silahkan~